(sebuah refleksi
diri)
Perbedaan akar dari segala permasalahan?
Banyak ajaran dari berbagai ilmu yang membahas tentang perbedaan suku, budaya,
ras bahkan agama. Diantara pembahasan mengenai perbedaan, ada yang berpendapat
bahwa perbedaan itu indah. Lihat saja symbol negara kita Indonesia yaitu Garuda
yang memegang tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Betapa bermaknanya arti perbedaan.
Tetapi, mengapa perbedaan masih tetap menjadi biang dari permasalahan? Untuk
itu mari kita simak film “Tanda Tanya” berikut.
Hanung, sebagai sutradara film “ Tanda
Tanya” ingin sekali membuka kenyataan yang terjadi dalam negeri kita tercinta,
Indonesia. Kenyataan tersebut tak lain adalah perbedaan agama. Di dalam film
ini diawali dengan adanya penusukan seorang pastor. Adegan tersebut sejenak
mengingatkan kita tentang adanya teror-teror
yang terjadi di gereja-gereja. Kita tahu bahwa di negara kita Indonesia
ini umat Kristiani merupakan kaum minoritas. Karena itu, ada kelompok tertentu
yang sangat ingin memusnahkannya demi kepuasan kelompok mereka. Hal tersebut
kita kenal dengan nama terorisme.
Teroris sebenarnya bukan berasal dari
orang yang beragama mayoritas. Para teroris itu sendiri terkumpul dengan cara
seperti hipnotis, pencucian otak, pemaksaan,
dan lain sebagainya demi tujuan politik. Mereka menciptakan kekerasan agar
dapat membasmi orang-orang yang dianggapnya berpengaruh sehingga mereka dapat
mencapai tujuannya dengan mudah. Aksi-aksi mereka membuat masyarakat terkecoh. Masyarakat
diadu-domba. Sehingga muncullah rasa fanatisme kelompok yang merupakan awal
dari perbedaan yang mematikan.
Kembali lagi kita memasuki film “Tanda
Tanya”. Perbedaan yang disebut indah itu mulai dimunculkan Hanung lewat tokoh
Menuk yang merupakan muslimah bekerja di
restoran Cina. Ia tidak peduli terhadap orang yang mencibirnya. Intinnya Menuk
bekerja dengan halal tanpa mengurangi gambaran seorang muslim dan menghargai
perbedaannya.
Perdebatan mulai muncul dengan adanya
seorang wanita muslim yang berpindah agama ke Katolik. Adegan ini mulai
memunculkan kontoversi. Wanita ini
mengubah keyakinannya oleh karena hatinya terluka akibat suaminya ingin
menduakannya alias poligami. Di sini kita coba masuk ke dalam situasi wanita
tesebut. Wanita tersebut mungkin tidak sepedapat dengan adanya praktik
poligami. Baginya, poligami membuat wanita tersebut tersakiti. Mungkin dengan
cara berpindah keyakinan itulah cara untuk menyembuhkan luka yang sakit itu.
Pergulatan batin wanita tersebut jika dalam kehidupan yang nyata pasti perlu
waktu yang tidak singkat. Orang akan berpendapat buruk jika befikir pendek,
maka sebaliknya jika orang berpendapat baik jika dapat befikir luas mengenai
wanita tersebut.
Manusia itu adalah makhluk sosial.
Manusia tidak bisa hidup sendiri. Kalimat-kalimat tersebut sudah
mendarah-daging sehingga tidak dielakkan lagi bahwa manusia itu harus saling
mengisi dalam proses dikehidupan ini. Pernyataan iu semua sangat serasi pada
adegan dalam film Hanung. Adegan tersebut ada pada bagian di mana sahabat wanita
yang berpindah keyakinan membutuhkan pekerjaan. Sebelumnya ia sangat tidak
setuju dengan wanita itu sebab perpidahannya. Namun, seiring berjalannya waktu
dan kesadaran mulai menghatui semua pandangan buruknya mulai sirna karena ia
menyadari bahwa langkah yang diambil oleh wanita itu—sahabatnya--- sangat besar
dibandingkan dia yang sudah sekian lama
hanya bekerja sebagai figuran dan diusir dari kontrakanya. Hal ini menjadi
nilai tambah bagi Hanung oleh karena dapat menciptakan konflik yang sedemikian
indah layaknya kehidupan nyata. Di sini terkadang kita selalu mengukuhkan
pandangan kita yang sebenarnya tidak tahu bermanfaat atau tidak, baik atau
tidak, dan sebagainya. Kita hanya menyombongkan diri sebagai orang yang
memiliki pendapat yang paling bagus. Padahal, di dalam kehidupan ini kita
sebagai manusia selaknya mampu terbuka terhadap sesama kita yang berbeda dan
tentu saja kita tidak akan hidup lama dengan mengurung diri dan pura-pura tidak
membutuhkan sesama kita.
Alur dalam film ini sudah dapat dirasakan.
Kita simak dalam adegan Hendra yang merupakan anak dari pemilik restoran Cina.
Ia merupakan gambaran anak muda masa kini yang sibuk dengan dunianya sendiri.
Ia berjiwa labil apalagi mantan kekasihnya yaitu Menuk bekerja di restorannya.
Sebenarnya Hendra bersikap cuek dikarenakan ia patah hati tidak bias bersama
lagi oleh karena Menuk berbeda keyakinan dan etnis. Di sini kita diguncangkan
lagi mengenai kenyataan bahwa di Indonesia ini masih belum meyakini indahnya
perbedaan.
Tiba saatnya klimaks. Ketika malam
natal, suami Menuk—Soleh--- yang bekerja sebagai Banser terpaksa bertugas di
gereja. Sebelum ia bertugas, Soleh sempat cekcok dengan Menuk oleh karena
restoran Cina tempat Menuk bekerja tidak libur padahal bulan itu adalah bulan
ramadhan. Soleh bersama semua orang
masjid berbondong-bondong memporak-porandakan restoran Cina itu. Alhasil
ayah Hendra meninggal itu juga karena Hendra tidak mendengarkan sang ayah untuk
meliburkan karyawan-karyawannya. Semua kejadian itu amat cepat sehingga Soleh
ingin sekali meminta maaf kepada istrinya.
Acara malam natalpun berjalan dengan
kusyuk. Soleh penasaran dengan apa yang ada dalam gereja. Ia masuk dan melihat
drama kelahiran Yesus. Di sini terlihat jelas bahwa Hanung ingin menggambarkan
bahwa sebenarnya Soleh yang kaku itu masih memilki hati.
Setelah melihat di dalam gereja ternyata
tedapat kotak yang mencurigakan. Sudah dapat ditebak bahwa itu adalah bom.
Soleh sontak teringat semua kesalahanya terhadap istrinya, cita-citanya dan
keluarganya. Semua terangkum jadi satu dan bom tersebut dibawa keluar dan boom…
Hidup Soleh berakhir.
Semua ini belum berakhir, Hanung
memberikan tujuannya lewat kata-kata yang tersirat “Manusia berakhir dengan
jalannya sendiri yaitu satu TUHAN”. Ini berarti segala perjalanan kehidupan manusia
akan menentukannya sendiri dengan keuinikannya dan dalam prosesnya manusia
bersama sesamanya menuju satu yaitu TUHAN. Berbeda itu indah. Apakah benar? Itu
terserah anda.
No comments:
Post a Comment